Apa Itu Metakognisi?

Gelar Riksa
3 min readOct 15, 2019

--

“Oh mengapa saya memilih pilihan ini?”

“Eh, apa benar jawaban yang saya berikan?”

“Apa pertanyaan saya masuk akal?”

Pernahkah kita mempertanyakan pikiran kita sendiri? jika ya, maka proses metakognisi kita tengah berjalan dengan baik. Metakognisi adalah proses mengamati dan mengendalikan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam kepala kita sendiri. Dengan kata lain berpikir tentang berpikir. Seperti adegan dalam sinetron murahan di mana ketika seorang meninggal arwahnya seolah keluar dari tubuhnya dan melihat dirinya sedang tergeletak di atas aspal. Kurang lebih demikianlah visual dalam proses metakognisi.

Metakognisi adalah bagian dari proses berpikir kritis. Kita mencoba mempertanyakan cara berpikir kita, kebenaran logika dari cara berpikir kita dan kelurusan proses berpikir kita. Tokoh yang cukup berperan dalam munculnya istilah metakognisi adalah John Flavell, seorang psikolog pendidikan asal Amerika. Ia menyatakan bahwa metakognisi terdiri atas dua hal, yaitu: pengetahuan metakognitif dan pengalaman kognitif.

Pengetahuan metakognitif merujuk pada pengetahuan umum tentang bagaimana manusia mempelajari sesuatu dan menyerap informasi. Contohnya, secara sadar kita belajar sambil mendengarkan musik karena dengan cara itulah kita belajar lebih baik. Pada dasarnya sebelum kita melakukan hal tersebut, terlebih dahulu kita tahu bahwa menurut beberapa penelitian musik bisa membantu belajar lebih mudah. Pengetahuan tersebut kita sandingkan dengan pertanyaan yang kita buat dalam pikiran kita sendiri, yaitu: “Apa yang bisa membuat saya lebih mudah belajar?”

Photo by Caleb Frith on Unsplash

Sementara itu, pengalaman metakognitif merujuk kepada strategi seseorang untuk mengendalikan pikirannya dalam memahami sesuatu. Misalnya saja kita tengah menonton sebuah video mengenai Fisika teoritis dari Michio Kaku, pada satu menit pertama kita menghentikan video untuk memberi kesempatan pada pikiran kita untuk mempertanyakan konsep yang tengah ia bicarakan. Tujuan kognitifnya adalah memahami video, proses metakognisinya adalah bertanya kepada diri sendiri tentang proses dia memahaminya. Mulai dari mencari tahu makna dari setiap teori atau memugar pengertian-pengertian dari berbagai ahli tentang masalah tersebut.

Metakognisi adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills), di sekolah, metakognisi juga masuk dalam daftar kemampuan yang harus dikuasai. Namun, pada kurikulum 2013, pengertian metakognisi berbeda dengan yang sudah saya jelaskan di atas. Metakognisi diartikan sebagai kemampuan mengaitkan satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain. Seperti misalnya siswa mengerti bahwa alat penanak nasi menghasilkan panas yang bisa mematangkan nasi, atas dasar itu kita juga bisa memasak mie instan di dalam alat penanak nasi memanfaatkan panas yang sama.

Mengapa metakognisi penting? Bagi seorang pembelajar, yang terpenting bukan hanya memahami apa yang terserak di luar pikirannya, tetapi juga apa yang terhimpun di dalam kepala. Mempertanyakan kebenaran yang didapat sendiri, memikirkan ulang, dan merekonstruksi pemikiran akan membangun dan melatih daya pikir seseorang.

Kita mungkin sering belajar untuk bertanya, tapi kurang sering untuk belajar mempertanyakan. Bersikap skeptis dan berusaha untuk menemukan sendiri pemahaman melalui usaha sendiri, inilah yang disebut — meminjam istilah Iwan Pranoto — kasmaran dalam belajar. Seseorang tidak hanya belajar untuk mendapat prestasi kognitif, tapi memandangnya sebagai sebuah petualangan yang hidup. Learning is a journey.

Sebagai bagian dari proses berpikir kritis, metakognisi merupakan salah satu tahapan dalam melatih pikiran kita sendiri. Gunanya tak lebih dan tak kurang adalah menyaring carut marutnya limpahan informasi yang membanjiri pemandangan kita sehari-hari. Setidaknya kita bisa selamat dari fabrikasi informasi yang ngawur dan salah.

Jika merasa tulisan ini bermanfaat, boleh sekali untuk mentraktir saya kopi dengan klik tombol di bawah ini. Tapi kalau tidak juga yaaa tidak apa-apa.

--

--

Gelar Riksa
Gelar Riksa

Written by Gelar Riksa

Author, Indonesian based Education Consultant and Learning Strategist.

No responses yet