Keterbatasan Jarak Pandang

Gelar Riksa
2 min readDec 5, 2018

--

Persoalan paling utama yang kami hadapi adalah keterbatasan dalam melihat masa depan, karena tidak ada yang lebih mengkhawatirkan selain ketidakpastian. Kami hanya anak-anak yang baru tumbuh mengenal dunia, berbenturan dengan kenyataan dan hanya ingin bisa menikmati pagi yang renyah esok hari. Jika saja masa depan itu adalah sesuatu yang pasti, maka kami tahu betul ke mana harus melangkah dan tidak akan membuang-buang waktu.

Sayangnya, sejauh-jauhnya aji panempoan kami, kami hanya bisa melihat ke dalam hari ini, tidak kurang tidak lebih. Kami juga menginginkan rumah yang baik, mobil yang bagus dan kehidupan yang enak, tetapi kami memang tidak begitu suka melalui jalan terjalnya. Seperti sedang menonton sebuah video, kami hanya ingin melompat pada bagian yang menarik saja.

Photo by: Photo by Krivec Ales from Pexels

Tetapi sekali lagi, sayangnya hidup tidak akan seramah itu kepada kami. Hal semacam itu tidak pernah tergurat dalam benak semesta, anak-anak kehidupan harus bergelut dengan debu, penyesalan dan kehilangan. Kami sesungguhnya tidak menolak penderitaan, tetapi kami bertanya-tanya sampai seberapa lama kami harus menderita, sehingga selama itu pula kami akan menyiapkan mental kami.

Ada yang bekerja menjadi budak korporat, ada yang bekerja menjadi buruh seni, ada juga yang bekerja menjadi buruh sekolah, bahkan ada juga yang memang pelacur. Kami semua ingin merdeka, karena manusia memang terlahir seperti itu, kami telah lulus dari sekolah yang mengekang kami, eh kami malah masuk lagi ke sebuah tempat pengekangan yang lain. Bajingan!

Ternyata di atas semua hal, manusia adalah penakut. Takut dikatai orang, takut tidak bisa makan, takut kehilangan kesenangan. Padahal, kebebasan ada di luar semua ketakutan itu, merdeka dari ketakutan itu sendiri.

Wahai dunia, izinkan kami meraung, membentak, melawan kekangan yang ada di bawah kaki kami. Kami akan membebaskan diri menemui kemandirian, bertanggung jawab atas diri kami, menjauh dan memulai segalanya dalam keberanian, karena kami bosan dengan ketakutan. Hingga suatu saat kami bisa menyadari, belenggu yang menahan kami untuk merdeka bukanlah tembok kantor kami, tetapi ilusi tentang kebebasan yang tak kunjung kami sambangi.

Bandung, 5 Desember 2018

--

--

Gelar Riksa
Gelar Riksa

Written by Gelar Riksa

Author, Indonesian based Education Consultant and Learning Strategist.

No responses yet